BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Prosa memiliki fungsi untuk memberitahukan kepada
pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan
nyata. Unsur-unsur prosa mencakup tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya,
dan sudut pandang.
Dalam karya prosa terkandung sebuah amanat yang dibungkus oleh unsur-unsur
cerita tersebut. Kejadian-kejadian dan amanat inilah yang akan Anda peroleh
dari cerita yang Anda baca sebagai suatu pengalaman
Karya sastra merupakan struktur yang kompleks sehingga untuk memahami sebuah
karya sastra diperlukan penganalisisan. Penganalisisan atau mengapresiasi
merupakan usaha secara sadar untuk menangkap dan memberi muatan makna kepada
teks sastra yang memuat berbagai sistem tanda.Bahasa tak lain adalah media
dalam karya sastra. Karena itu karya sastra merupakan sebuah struktur ketandaan
yang bermakna. Tidak terkecuali pada teks sastra yang berbentuk prosa.
Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji prosa lama (dongeng) berjudul “Aji Saka
Melawan Prabu Dewata Cengkar “.
Rumusan masalah
1. Bagaimana
cerita dongeng dari “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “ ?
2. Apa
saja unsur intrinsik dalam dongeng “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “
3. Apa
saja unsur ekstrinsik dalam dongeng “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “ ?
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui cerita lengkap dongeng “ Aji Saka Melawan
Prabu Dewata Cengkar “
2.
Untuk
mengetahui unsur-unsur intrinsik dongeng “ Aji Saka Melawan
Prabu Dewata Cengkar “
3.
Untuk
mengetahui unsur-unsur ekstrinsik dongeng “
Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “
BAB II
PEMBAHASAN
Aji Saka Melawan Prabu
Dewata Cengkar
Pada suatu hari
datanglah seorang laki-laki ke suatu desa yang masih berada di wilayah
kekuasaan Medang Kamolan. Laki-laki itu tinggi besar, pakaiannya serba
putih,dan kepalanya berbalut sorban putih. Ia memperkenalkan dirinya bernama
Aji Saka.
Pada saat itu seorang
janda bernama Dadap Sari sedang menangis di depan rumahnya. Tiada seorang pun
yang memperdulikannya. Penduduk desa itu seolah sudah terbiasa membiarkan orang
lain yang bersedih dan menangis seperti
itu.
Ketika Aji Saka
melintas di depan rumah itu hatinya tertegun, heran melihat wanita setua itu
menangis seperti anak kecil. Lalu dihampirinya wanita itu dan katanya, “
Apa yang membuatmu menangis, Bibi ? ”
Dadap Sari terkejut ketika dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya
dengan pakaian seba putih. “ Apakah kau algojo yang diutus memancung kepalaku ?
“, tanya wanita tua itu dengan gemetaran. Aji Saka tersenyum, lalu berkata, “
Bukan Bibi, aku bukan algojo, aku pendatang baru di negeri ini, namaku Aji
Saka. “ Janda itu ternganga, tetapi ia belum percaya sepenuhnya sebab ia telah
ditetapkan dijadikan korban oleh kepala desanya untuk memenuhi perintah raja.
“Ceritakan padaku,
Bibi, apa yang telah terjadi di negeri ini “,Tanya Aji Saka ingin mengetahui
lebih jauh. “Aku akan bersedia menolong, Bibi “, katanya meyakinkan.
Sambil mengusap air
matanya , perempuan itu berkata , “Tuan, tidak seorang pun yang dapat
menolongku, sebab leherku akan dipotong oleh algojo kerajaan atas perintah
gusti Prabu Dewata Cengkar “, Aji Saka heran, lalu bertanya, “Apa salah Bibi
dan mengapa Bibi akan dipenggal ? ” “sungguh aku tidak melakukan kesalahan
apa-apa “, jawabnya. “ Lalu mengapa Bibi harus menerima perlakuan yang demikian
kejam “, tanya aji Saka penuh selidik.
Dadap Sari menengok ke
kanan dan ke kiri,takut ada orang yang turut mendengarkan percakapannya.
Kemudian ia berkata setengah berbisik ,”Baginda senang makan daging manusia”.
Aji saka terkejut, matanya terbelalak. Setelah beberapa lama terdiam, Aji Saka
sambil tersenyum berkata, “Baiklah Bibi, jangan takut aku akan menggantikan
Bibi”. “Kau masih muda Tuan, jangan korbankan dirimu untuk orang yang sudah
setua aku ini, biarkan aku menerima takdirku”, kata perempuan itu. “Tidak Bibi,
perbuatan ini tidak bisa terjadi, izinkan saya menggantikan Bibi”, pinta Aji
Saka dengan tegas.
Tidak berapa lama
datanglah utusan Gusti Prabu dewata Cengkar yang akan mengambil Dadap Sari. Aji
Saka menemuinya, dan memintanya agar dapat menggantikan Dadap Sari. Sudah
barang tentu dengan senang hati utusan itu mengabulkan sebab Aji Saka pasti
akan Sang Prabu, tubuhnya gemuk lagi pula masih muda.
Di hadapan sang Prabu,
Aji Saka mengemukakan permintaannya yang terakhir sebelum kematiannya, yaitu
tanah selebar ikat kepala yang melilit di kepalanya. Tanpa pikir panjang lagi
sang Prabu mengabulkan permintaan itu. Aji Saka meminta agar sang Prabu sendiri yang memegang ujung kain itu
agar dapat mengetahui seberapa lebar kain itu. Ternyata, seketika itu juga kain
kepala Aji Saka menjadi lentur. Setiap kali kain itu ditarik oleh sang Prabu,
kain itu bertambah lebar dan panjang sehingga hampir menutupi seluruh wilayah
kerajaan itu.
Setelah berapa lama
kain itu ditarik sampailah di ujung pantai selatan. Gusti Prabu yang
keheran-heranan mulai sadar akan tipu muslihat Aji Saka. Namun, sebelum ia
menyadari sepenuhnya bahaya yang bakal mengancam dirinya, Aji Saka telah
melecutkan kain itu dan terlemparlah Prabu Dewata Cengkar ke tengah laut. Konon
berubahlah tubuh sang Prabu itu menjadi buaya putih di laut selatan.
Disadur
dari
Tulisan
Andreas Dwinanda
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Prosa
“Aji Saka Melawan Dewata Cengkar”
Sebuah karya sastra mengandung unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik.
Keterikatan yang erat antarunsur tersebut dinamakan struktur pembangun karya
sastra.
1.
Unsur
Intrinsik
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah
unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya
sastra itu sendiri.Berikut ini adalah unsur-unsur intrinsik pada legenda “Aji
Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar”
1)
Tema
Gagasan, ide, atau
pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema.Pada legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar” tema yang digunakan adalah Kebaikan
hati seorang Aji Saka.
2)
Tokoh/Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang
berperan didalam sebuah karya sastra.Sedangkan penokohan adalah pemberian watak
terhadap pelaku-pelaku cerita dalam sebuah karya sastra.Berikut adalah tokoh
yang berperan dalam legenda “Aji Saka Melawan Prabu
Dewata Cengkar” dan penokohannya :
a. Aji
Saka :
baik hati, rela berkorban,dan sopan
b. Dadap
Sari :
tabah,sabar, dan pasrah
c. Utusan
Prabu : patuh
d. Prabu
Dewata Cengkar : Jahat, egois,
otoriter
3)
Alur
Alur adalah rangkaian
peristiwa / jalinan cerita dari awal sampai kimaks serta penyelesaian.
Macam-macam Alur pada sebuah karya sastra yaitu alur maju,alur mundur, dan alur
campuran. Alur yang digunakan pada cerita di atas
adalah alur maju.Karena legenda ini menceritakan kisah yang melibatkan Aji Saka
dari awal kedatangannya ke sebuah wilayah kerajaan Medang Kemulan sampai
akhirnya mengalahkan Prabu Dewata Cengkar.
4)
Latar
- Tempat: Di sekitar wilayah kerajaan Medang
Kemulan.
- Suasana: Menegangkan,sedih.
5)
Sudut pandang
Sudut pandang adalah pandangan
pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut
pandang dalam legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar”
adalah sudut pandang orang ketiga karena penulis
menceritakan orang lain dalam ceritanya.
6)
Amanat
Amanat adalah pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang terhadap pembaca melalui karyanya, yang akan disimpan
rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita.Amanat
dalam legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar”
adalah bahwa kita jangan sesuka hati berbuat jahat
kepada orang yang statusnya dibawah kita, karena kelak kita akan menerima balasannya.
2.
Unsur
ekstrinsik
1)
Nilai Budaya
Budaya
masyarakat yang ada di cerita tersebut masih sangat jauh dari yang namanya
peduli sesama, egois masih tinggi, dan tidak perduli akan kesusahan hati
tetangganya.Semua mementingkan diri sendiri,dan memilih mengorbankan orang
lain.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk memahami suatu karya sastra
khususnya prosa lama, perlu dilakukan pemahaman internal dari karya tersebut
agar dalam membacanya,imajinasi pembaca terikat dengan apa yang dibacanya.
Dengan memahami suatu karya sastra membaca akan terasa lebih asik dan
menyenangkan.Prosa “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “ merupakan salah
satu prosa lama yang memiliki banyak pesan moral,dan nilai budaya yang bisa
dijadikan pelajaran dikehidupan sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Diktat
: Keterampilan Berbahasa Indonesia, oleh Tim Dosen Bahasa Indonesia PGSD FIP
UNIMED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar