Rabu, 10 Februari 2016

Apresiasi Prosa

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Prosa memiliki fungsi untuk memberitahukan kepada pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan nyata. Unsur-unsur prosa mencakup tema, tokoh, alur, seting atau latar, gaya, dan sudut pandang.
             Dalam karya prosa terkandung sebuah amanat yang dibungkus oleh unsur-unsur cerita tersebut. Kejadian-kejadian dan amanat inilah yang akan Anda peroleh dari cerita yang Anda baca sebagai suatu pengalaman
             Karya sastra merupakan struktur yang kompleks sehingga untuk memahami sebuah karya sastra diperlukan penganalisisan. Penganalisisan atau mengapresiasi merupakan usaha secara sadar untuk menangkap dan memberi muatan makna kepada teks sastra yang memuat berbagai sistem tanda.Bahasa tak lain adalah media dalam karya sastra. Karena itu karya sastra merupakan sebuah struktur ketandaan yang bermakna. Tidak terkecuali pada teks sastra yang berbentuk prosa.  Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji prosa lama (dongeng) berjudul “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “.
Rumusan masalah
1.    Bagaimana cerita dongeng dari “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “ ?
2.    Apa saja unsur intrinsik dalam dongeng “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “
3.    Apa saja unsur ekstrinsik dalam dongeng “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “ ?
Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui cerita lengkap dongeng “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “
2.    Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik dongeng “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “
3.    Untuk mengetahui unsur-unsur ekstrinsik dongeng “ Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “


BAB II
PEMBAHASAN

Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar
Pada suatu hari datanglah seorang laki-laki ke suatu desa yang masih berada di wilayah kekuasaan Medang Kamolan. Laki-laki itu tinggi besar, pakaiannya serba putih,dan kepalanya berbalut sorban putih. Ia memperkenalkan dirinya bernama Aji Saka.
Pada saat itu seorang janda bernama Dadap Sari sedang menangis di depan rumahnya. Tiada seorang pun yang memperdulikannya. Penduduk desa itu seolah sudah terbiasa membiarkan orang lain yang  bersedih dan menangis seperti itu.
Ketika Aji Saka melintas di depan rumah itu hatinya tertegun, heran melihat wanita setua itu menangis seperti anak kecil. Lalu dihampirinya wanita itu dan katanya, “ Apa  yang membuatmu menangis, Bibi ? ” Dadap Sari terkejut ketika dilihatnya seorang laki-laki berdiri di depannya dengan pakaian seba putih. “ Apakah kau algojo yang diutus memancung kepalaku ? “, tanya wanita tua itu dengan gemetaran. Aji Saka tersenyum, lalu berkata, “ Bukan Bibi, aku bukan algojo, aku pendatang baru di negeri ini, namaku Aji Saka. “ Janda itu ternganga, tetapi ia belum percaya sepenuhnya sebab ia telah ditetapkan dijadikan korban oleh kepala desanya untuk memenuhi perintah raja.
“Ceritakan padaku, Bibi, apa yang telah terjadi di negeri ini “,Tanya Aji Saka ingin mengetahui lebih jauh. “Aku akan bersedia menolong, Bibi “, katanya meyakinkan.
Sambil mengusap air matanya , perempuan itu berkata , “Tuan, tidak seorang pun yang dapat menolongku, sebab leherku akan dipotong oleh algojo kerajaan atas perintah gusti Prabu Dewata Cengkar “, Aji Saka heran, lalu bertanya, “Apa salah Bibi dan mengapa Bibi akan dipenggal ? ” “sungguh aku tidak melakukan kesalahan apa-apa “, jawabnya. “ Lalu mengapa Bibi harus menerima perlakuan yang demikian kejam “, tanya aji Saka penuh selidik.

Dadap Sari menengok ke kanan dan ke kiri,takut ada orang yang turut mendengarkan percakapannya. Kemudian ia berkata setengah berbisik ,”Baginda senang makan daging manusia”. Aji saka terkejut, matanya terbelalak. Setelah beberapa lama terdiam, Aji Saka sambil tersenyum berkata, “Baiklah Bibi, jangan takut aku akan menggantikan Bibi”. “Kau masih muda Tuan, jangan korbankan dirimu untuk orang yang sudah setua aku ini, biarkan aku menerima takdirku”, kata perempuan itu. “Tidak Bibi, perbuatan ini tidak bisa terjadi, izinkan saya menggantikan Bibi”, pinta Aji Saka dengan tegas.
Tidak berapa lama datanglah utusan Gusti Prabu dewata Cengkar yang akan mengambil Dadap Sari. Aji Saka menemuinya, dan memintanya agar dapat menggantikan Dadap Sari. Sudah barang tentu dengan senang hati utusan itu mengabulkan sebab Aji Saka pasti akan Sang Prabu, tubuhnya gemuk lagi pula masih muda.
Di hadapan sang Prabu, Aji Saka mengemukakan permintaannya yang terakhir sebelum kematiannya, yaitu tanah selebar ikat kepala yang melilit di kepalanya. Tanpa pikir panjang lagi sang Prabu mengabulkan permintaan itu. Aji Saka meminta agar sang  Prabu sendiri yang memegang ujung kain itu agar dapat mengetahui seberapa lebar kain itu. Ternyata, seketika itu juga kain kepala Aji Saka menjadi lentur. Setiap kali kain itu ditarik oleh sang Prabu, kain itu bertambah lebar dan panjang sehingga hampir menutupi seluruh wilayah kerajaan itu.
Setelah berapa lama kain itu ditarik sampailah di ujung pantai selatan. Gusti Prabu yang keheran-heranan mulai sadar akan tipu muslihat Aji Saka. Namun, sebelum ia menyadari sepenuhnya bahaya yang bakal mengancam dirinya, Aji Saka telah melecutkan kain itu dan terlemparlah Prabu Dewata Cengkar ke tengah laut. Konon berubahlah tubuh sang Prabu itu menjadi buaya putih di laut selatan.
Disadur dari
Tulisan Andreas Dwinanda





Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dari Prosa
“Aji Saka Melawan Dewata Cengkar”
Sebuah karya sastra mengandung unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik. Keterikatan yang erat antarunsur tersebut dinamakan struktur pembangun karya sastra.

1.     Unsur Intrinsik
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri.Berikut ini adalah unsur-unsur intrinsik pada legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar”
1)            Tema
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema.Pada legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar” tema yang digunakan adalah Kebaikan hati seorang Aji Saka.
2)        Tokoh/Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang berperan didalam sebuah karya sastra.Sedangkan penokohan adalah pemberian watak terhadap pelaku-pelaku cerita dalam sebuah karya sastra.Berikut adalah tokoh yang berperan dalam legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar” dan penokohannya :
a.       Aji Saka                                  : baik hati, rela berkorban,dan sopan
b.      Dadap Sari                              : tabah,sabar, dan pasrah
c.       Utusan Prabu                          : patuh
d.      Prabu Dewata Cengkar           : Jahat, egois, otoriter

3)        Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa / jalinan cerita dari awal sampai kimaks serta penyelesaian. Macam-macam Alur pada sebuah karya sastra yaitu alur maju,alur mundur, dan alur campuran. Alur yang digunakan pada cerita di atas adalah alur maju.Karena legenda ini menceritakan kisah yang melibatkan Aji Saka dari awal kedatangannya ke sebuah wilayah kerajaan Medang Kemulan sampai akhirnya mengalahkan Prabu Dewata Cengkar.

4)        Latar
-  Tempat: Di sekitar wilayah kerajaan Medang Kemulan.
-  Suasana: Menegangkan,sedih.


5)        Sudut pandang
Sudut pandang adalah pandangan pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Sudut pandang dalam legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar” adalah sudut pandang orang ketiga karena penulis menceritakan orang lain dalam ceritanya.

6)        Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang terhadap pembaca melalui karyanya, yang akan disimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan cerita.Amanat dalam legenda “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar” adalah bahwa kita jangan sesuka hati berbuat jahat kepada orang yang statusnya dibawah kita, karena kelak kita akan menerima balasannya.
2.   Unsur ekstrinsik

1)        Nilai Budaya
Budaya masyarakat yang ada di cerita tersebut masih sangat jauh dari yang namanya peduli sesama, egois masih tinggi, dan tidak perduli akan kesusahan hati tetangganya.Semua mementingkan diri sendiri,dan memilih mengorbankan orang lain.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk memahami suatu karya sastra khususnya prosa lama, perlu dilakukan pemahaman internal dari karya tersebut agar dalam membacanya,imajinasi pembaca terikat dengan apa yang dibacanya. Dengan memahami suatu karya sastra membaca akan terasa lebih asik dan menyenangkan.Prosa “Aji Saka Melawan Prabu Dewata Cengkar “ merupakan salah satu prosa lama yang memiliki banyak pesan moral,dan nilai budaya yang bisa dijadikan pelajaran dikehidupan sehari-hari.














DAFTAR PUSTAKA

Diktat : Keterampilan Berbahasa Indonesia, oleh Tim Dosen Bahasa Indonesia PGSD FIP UNIMED



Tidak ada komentar:

Posting Komentar