Rabu, 10 Februari 2016

makalah PPD

BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang

Perkembangan kemampuan berfikir (kognitif ) yang dicapai oleh pembelajar ( peserta didik ) , harus di acu oleh guru ( pendidik ). Dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran. Permasalahan yang di hadapi , masih banyak pendidik yang menyusun strategi dan metode pembelajaran nya tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan berfikir yang telah di capai oleh peserta didik. Hal itu kemungkinan di sebabkan oleh keterbatasan pendidik memahami keterkaitan kemampuan berfikir dengan pembelajaran.
Pemahaman tentang suatu teori dan konsep-konsep tentang kemampuan berfikir belum menjamin kemampuan pemahaman tentang suatu teori dan konsep-konsep tentang kemampuan berfikir belum menjamin kemampuan implementasinya. Demikian pula dalam teori perkembangan kemampuan berfikir, meskipun pendidik dapat memahami teori-teori dan konsep-konsep nya, belum tentu mampu mengimplementasikannya dalam proses pembeljaran siswa. Pada bagian tulisan ini di kemukakan mengenai teori atau konsep perkembangan kemampuan berfikir serta implementasinya dalam pendidikan atau pembelajaran siswa.

1.2           Batasan Masalah

     Pembahasan masalah mengenai perkembangan kemampuan berfikir ( kognitif ) anak hanya menurut Piaget.

1.3           Rumusan Masalah

1.     Bagaimana pendapat Piaget tentang perkembangan kemampuan berfikir (kognitif ) anak?
2.     Bagaimana pontensi intelektual yang dikemukakan oleh Piaget?
3.     Apa saja 4 periode perkembangan kognitif manusia menurut Piaget?
4.     Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut Piaget?
5.     Bagaimana implikasi kemampuan berfikir (kognitif ) dalam pembelajaran menurut Piaget?
6.     Apasaja teori yang di kemukakan oleh piaget tentang strategi-strategi pengajaran?

1.4             Tujuan Pembahasan

1.     Untuk mengetahui pendapat Piaget tentang perkembangan kemampuan berfikir (kognitif ) anak.
2.     Untuk mengetahui pontensi intelektual yang dikemukakan oleh Piaget.
3.     Untuk mengetahui periode perkembangan kognitif manusia menurut Piaget.
4.     Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut Piaget.
5.     Untuk mengetahui implikasi kemampuan berfikir (kognitif ) dalam pembelajaran menurut Piaget.
6.     Untuk mengetahui teori yang di kemukakan oleh piaget tentang strategi-strategi pengajaran.




























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pendapat Piaget Tentang Perkembangan Kemampuan Berfikir (Kognitif ) Anak.
         
          Teori kognisi merupakan akar dari teori perkembangan kognitif (kemampuan berfikir), artinya bahwa konsep-konsep teori perkembangan kognitif berangkat dari konsep-konsep teori kognisi.
          Piaget berpendapat bahwa cara terbaik untuk memahami pengetahuan adalah dengan mempelajari asal usul serta bagaimana pengetahuan itu berkembang pada manusia. Dalam mempelajari perkembangan berfikir anak –anak , Piaget berpendapat bahwa masalah intelegensi sesungguhnya adalah menemukan perbedaan berfikir pada anak-anak dalam berbagai usia, bukan berdasarkan pada jawaban yang benar dari suatu tes intelegensi.
Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja. Piaget menamakan proses ini sebagai proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua identitas yang berbeda. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.
Ciri-ciri Umum Tahap Kognitif  yang di Kemukaan Oleh Piaget dan di Ringkas Oleh Kohlberg Menjadi Empat Ciri Utama Yaitu :
1.     Dalam ide-ide tahap dapat dibedakan dengan jelas perbedaan kualitatif individu di dalam menyelesaikan masalah yang sama pada tahap yang berbeda. Perubahan yang tidak terjadi hanya dalam kuantitas, melainkan juga dalam sifat-sifat kualitas struktur internal individu seperti dalam berfikir logis.
2.     Tahap – tahap perkembangan kognitif mengikuti urutan tahap yang tetap, di mulai dari tahap yang paling rendah (tahap sensori-motoris) menuju tahap yang lebih tinggi satu tahap.
3.     Masing-masing tahap merupakan keseluruhan yang terstruktur.
4.     Tahap- tahap adalah suatu integrasi hierarkhis.
·        Integrasi artinya bahwa bagian-bagian dari sistem tersusun dan mamapu mengkombinasikan yang ada dalam cara-cara yang baru.
·        Integrasi hierarkhis bearti bahwa struktur berfikir yang ada saat ini merupakan hasil integrasi dari struktur yang paling rendah sampai tahap struktur berfikir saat itu.
         
2.2  Pontensi Intelektual yang Dikemukakan Oleh Piaget
          Hergenhahn dan Olson (2008) mengatakan bahwa dalam teori yang di kemukaan oleh Piaget, potensi intelektual berkembang dijelaskan melalui konsep sebagai berikut :
1.     Skema
Skema dalam  bentuk jamak adalah schemata. Skema adalah suatu proses atau kerangka yang eksis di dalam pikiran seseorang yang di pakai untuk mengorganisasikan dan menginterprestasikan informasi.
Skema dapat muncul dalam bentuk perilaku yang jelas, seperti refleks memegang, dan dalam bentuk tersamar. Bentuk yang tidak jelas dapat disamakan dengan tindakan berfikir, skema anak harus di kembangkan  agar terjadi interaksi organisme-lingkungan.

2.      Asimilasi dan Akomodasi
Asimilasi adalah pencocokan antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik, proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang.
Akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif. Asimilasi dan akomodasi saling berhubungan dan terjadi pada semua level perkembangan intelektual.

3.     Ekuilibrasi
Ekuilibrasi digunakan untuk menerangkan kekuatan pendorong pertumbuhan intelektual. Menurut Piaget, setiap organisme mempunyai kecenderungan  untuk menciptakan hubungan harmonis antara dirinya dan lingkungannya.
Ekuilibrasi adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar memperoleh adaptasi yang maksimal. Ekuilibrasi didefinisikan sebagai pendorong terus-menerus ke atas ke arah ekuilibrium (keseimbangan).

4.     Interiorisasi
Interaksi awal dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor, yakni merespon stimulus lingkungan dengan reaksi motor (gerak) refleks. Penurunan ketergantungan pada lingkungan fisik dan menigkatnya penggunaan struktur kognitif ini disebut interiorasi.


2.3 Periode Perkembangan Kognitif Manusia Menurut Piaget

Dari hasil penelitian piaget mengenai perkembangan kognitif, Beliau mengemukaan bahwa ada empat perkembangan kognitif manusia yaitu:
1.     Tahap sensorimotor (usia sekitar 0-2 tahun)
Tahap ini berlangsung kira-kira sejak anak itu lahir hingga usia 2 tahun. Tahap ini merupakan suatu interaksi yang dilakukan melalui efek perasaan dan otot-otot anak. Aktifitas mental anak adalah mengkontruksi dan mereduksi objek atau kejadian. Mengkontruksi berarti membentuk gambaran mental suatu objek atau kejadian dan rekontruksi berarti menggunakan gambaran agar suatu kejadian itu terjadi kembali.
Bayi dibawah usia 18 bulan pada umumnya belum memiliki pengenalan object permanence artinya benda apapun yang ia tidak lihat, tidak ia sentuh, tidak ia dengar, maka dianggap tidak ada, meskipun benda itu ada. Object permanence anak mulai muncul secara bertahap. Anak mulai menyadari bahwa objek tetap ada, meskipun ia tidak melihat atau tidak menyentuhnya.
Pada tahap ini anak bersifat egosentris, artinya segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri. Dunia psikologisnya adalah satu-satunya dunia yang ada.
2.     Tahap Pemikiran Praoperasional (usia sekitar 2-7 tahun)
Tahap ini merupakan tahap dimana anak masih belum mampu (sepenuhnya) untuk memikirkan operasi-operasi mental tanpa melakukan operasi-operasi fisik nyata. Perolehan kemampuan berupa kesadaran kesadaran terhadap eksistensi object permanence  adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru seperti mental representation. Representasi mental merupakan bagian yang paling penting dari skema kognitif yang memungkinkan anak berfikir dan menyimpulkan esksistensi sebuah benda atau kejadian yang berada diluar pandangan, pendengaran, atau tidak dalam jangkauan tangannya. Hal ini juga memungkinkan anak untuk mengembangkan defarred imitation ( peniruan yang tertunda). Seiring dengan munculnya kapasitas defarred imitation muncul pula gejala adanya insight-learning, yaitu gejala belajar berdasarkan titik akal.
3.     Tahap concrete operation (kira-kira usia 7-11 tahun)
Menurut Piaget, tidak sedikit pemikiran orang dewasa yang juga menggunakan intuisi seperti pemikiran praoperasional anak-anak. Pada tahap operasional konkrit terdapat sistem operasional kognitif yaitu :
1.     Conservation (konservasi)
Anak dapat mengoperasikan operasi mental yang di putar balikkan.
2.     Addition of classes (penambahan golongan benda)
Kemampuan anak dalam memahami cara megkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah.
3.     Multiplication of classes (melipatgandakan golongan benda)
Kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda.
4.     Tahap formal-opersional (11 tahun ke atas)
Tahap ini merupakan tahap akhir perkembangan kognitif untuk perkembangan selanjutnya hanya merupakan perluasan penerapan, dan penghalusan pola pemikiran. Seseorang telah memiliki kemampuan mengordinasikan baik secara stimultan maupun secara berurutan. Ada dua macam kemampuan berfikir yaitu hipotesis dan abstrak. Kemampuan berfikir hipotesis adalah kemampuan berfikir tentang kejadian-kejadian yang dilihat kemudian menghimpun informasi untuk menguji hipotesis tersebut. Berpikir abstrak yaitu berpikir hipotesis untuk menyelesaikan suatu masalah, seperti anak remaja pada umumnya.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Menurut Piaget
·        Kematangan
Struktur fisik mempengaruhi perkembangan kognisi. Struktur fisik (seperti susunan saraf pusat) merupakan alat organ untuk mengetahui.

·        Pengalaman
Pengalaman adalah kontak dengan lingkungan. Pengalaman ini ada dua macam yaitu pengalaman fisik dan pengalaman logika-matematis.

·        Transmisi sosial
Transmisi sosial menunjukkan pengaruh budaya terhadap pemikiran anak. Piaget menekankan bahwa transmisi sosial saja belum cukup, melainkan anak baru dapat menangkap transmisi sosial jika struktur kognisi anak dapat mengasimilasinya.

·        Equilibrasi
Equilibrasi merupakan proses pengaturan diri yang dilakukan anak untuk berkembang.



2.5  Implikasi Kemampuan Berfikir (Kognitif ) dalam Pembelajaran Menurut Piaget

          Pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajaran. Proses belajar akan terjadi jika materi belajar adalah sebagian sudah diketahui dan sebagian belum di ketahui. Pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi pembelajaran, sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual.
Pokok-pokok pikiran Piaget dapat mewarnai setting pendidikan, diantaranya:
·       Pendekatan terpusat pada anak
Jalan pikiran anak berbeda dari orang dewasa oleh karenanya guru harus mengamati anak untuk menemukan perspektif  anak.
·       Aktivitas
Individu berapapun umurnya proses belajar yang paling baik didapat dari aktivitas yang merupakan inisiatif sendiri, sangat penting implikasinya di bidang pendidikan. Pentingnya aktivitas tersebut baik fisik maupun mental.
·       Belajar secara individual
Struktur kognisi anak yang berinteraksi dengan pengalaman baru menimbulkan minat dan menstimulur perkembangan kognisi lebih lanjut.
·       Interaksi sosial
Pada mulanya kemampuan berfikir anak bersifat egosentris, kemudian dengan semakin kayanya interaksi anak dengan orang lain , anak belajar bahwa ada pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dari pandangannya sendiri, sehingga sifat egosentris anak lambat laun akan berkurang.

2.6 Teori yang di Kemukakan Oleh Piaget Tentang Strategi-strategi Pengajaran

a)     Menggunakan pendekatan konstruktif.
b)    Memfasilitasi belajar anak.
c)     Guru merespon anak sesuai dengan pengetahuan dan tingkah laku pemikiran anak.
d)    Guru menjadikan ruang kelas sebagai tempat anak melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Teori Perkembangan Kognitif,  dikembangkan oleh  Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.

Saran
Adapun saran kami sebagai penulis adalah sebagi berikut :
1.      Diharapkan pada  pembaca dapat  memberikan kritik dan saran  membangun bagi penulis.
2.      Kritik dan saran kepada pembaca apabila ada kekurangan didalam makalah kami demi kesempurnaan makalah ini.














DAFTAR PUSTAKA



Diktat Perkembangan Peserta Didik






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar