BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan kemampuan berfikir
(kognitif ) yang dicapai oleh pembelajar ( peserta didik ) , harus di acu oleh
guru ( pendidik ). Dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran.
Permasalahan yang di hadapi , masih banyak pendidik yang menyusun strategi dan
metode pembelajaran nya tidak sesuai dengan perkembangan kemampuan berfikir
yang telah di capai oleh peserta didik. Hal itu kemungkinan di sebabkan oleh
keterbatasan pendidik memahami keterkaitan kemampuan berfikir dengan
pembelajaran.
Pemahaman tentang suatu teori dan
konsep-konsep tentang kemampuan berfikir belum menjamin kemampuan pemahaman
tentang suatu teori dan konsep-konsep tentang kemampuan berfikir belum menjamin
kemampuan implementasinya. Demikian pula dalam teori perkembangan kemampuan
berfikir, meskipun pendidik dapat memahami teori-teori dan konsep-konsep nya,
belum tentu mampu mengimplementasikannya dalam proses pembeljaran siswa. Pada
bagian tulisan ini di kemukakan mengenai teori atau konsep perkembangan
kemampuan berfikir serta implementasinya dalam pendidikan atau pembelajaran
siswa.
1.2
Batasan Masalah
Pembahasan masalah mengenai perkembangan
kemampuan berfikir ( kognitif ) anak hanya menurut Piaget.
1.3
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pendapat Piaget tentang
perkembangan kemampuan berfikir (kognitif ) anak?
2.
Bagaimana pontensi intelektual yang
dikemukakan oleh Piaget?
3.
Apa saja 4 periode perkembangan kognitif
manusia menurut Piaget?
4.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan menurut Piaget?
5.
Bagaimana implikasi kemampuan berfikir
(kognitif ) dalam pembelajaran menurut Piaget?
6.
Apasaja teori yang di kemukakan oleh
piaget tentang strategi-strategi pengajaran?
1.4
Tujuan
Pembahasan
1. Untuk
mengetahui pendapat Piaget tentang perkembangan kemampuan berfikir (kognitif )
anak.
2. Untuk
mengetahui pontensi intelektual yang dikemukakan oleh Piaget.
3. Untuk
mengetahui periode perkembangan kognitif manusia menurut Piaget.
4. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut Piaget.
5. Untuk
mengetahui implikasi kemampuan berfikir (kognitif ) dalam pembelajaran menurut
Piaget.
6. Untuk
mengetahui teori yang di kemukakan oleh piaget tentang strategi-strategi
pengajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendapat Piaget Tentang Perkembangan
Kemampuan Berfikir (Kognitif ) Anak.
Teori kognisi merupakan akar dari
teori perkembangan kognitif (kemampuan berfikir), artinya bahwa konsep-konsep
teori perkembangan kognitif berangkat dari konsep-konsep teori kognisi.
Piaget berpendapat bahwa cara terbaik
untuk memahami pengetahuan adalah dengan mempelajari asal usul serta bagaimana
pengetahuan itu berkembang pada manusia. Dalam mempelajari perkembangan
berfikir anak –anak , Piaget berpendapat bahwa masalah intelegensi sesungguhnya
adalah menemukan perbedaan berfikir pada anak-anak dalam berbagai usia, bukan
berdasarkan pada jawaban yang benar dari suatu tes intelegensi.
Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama
stadium sensori motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk
aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang
penting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya
dibayangan saja. Piaget menamakan proses ini sebagai proses desentrasi, artinya
anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua identitas yang berbeda. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal
object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh,
atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada.
Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut
muncul secara bertahap dan sistematis.
Ciri-ciri Umum Tahap
Kognitif yang di Kemukaan Oleh Piaget
dan di Ringkas Oleh Kohlberg Menjadi Empat Ciri Utama Yaitu :
1. Dalam
ide-ide tahap dapat dibedakan dengan jelas perbedaan kualitatif individu di
dalam menyelesaikan masalah yang sama pada tahap yang berbeda. Perubahan yang
tidak terjadi hanya dalam kuantitas, melainkan juga dalam sifat-sifat kualitas
struktur internal individu seperti dalam berfikir logis.
2. Tahap –
tahap perkembangan kognitif mengikuti urutan tahap yang tetap, di mulai dari
tahap yang paling rendah (tahap sensori-motoris) menuju tahap yang lebih tinggi
satu tahap.
3. Masing-masing
tahap merupakan keseluruhan yang terstruktur.
4. Tahap-
tahap adalah suatu integrasi hierarkhis.
·
Integrasi artinya bahwa bagian-bagian
dari sistem tersusun dan mamapu mengkombinasikan yang ada dalam cara-cara yang
baru.
·
Integrasi hierarkhis bearti bahwa
struktur berfikir yang ada saat ini merupakan hasil integrasi dari struktur
yang paling rendah sampai tahap struktur berfikir saat itu.
2.2 Pontensi Intelektual yang Dikemukakan Oleh
Piaget
Hergenhahn dan Olson (2008)
mengatakan bahwa dalam teori yang di kemukaan oleh Piaget, potensi intelektual
berkembang dijelaskan melalui konsep sebagai berikut :
1.
Skema
Skema
dalam bentuk jamak adalah schemata.
Skema adalah suatu proses atau kerangka yang eksis di dalam pikiran seseorang
yang di pakai untuk mengorganisasikan dan menginterprestasikan informasi.
Skema
dapat muncul dalam bentuk perilaku yang jelas, seperti refleks memegang, dan
dalam bentuk tersamar. Bentuk yang tidak jelas dapat disamakan dengan tindakan
berfikir, skema anak harus di kembangkan agar terjadi interaksi organisme-lingkungan.
2.
Asimilasi
dan Akomodasi
Asimilasi
adalah pencocokan antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik, proses
merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang.
Akomodasi
adalah proses memodifikasi struktur
kognitif. Asimilasi dan akomodasi saling berhubungan dan terjadi pada semua
level perkembangan intelektual.
3.
Ekuilibrasi
Ekuilibrasi
digunakan untuk menerangkan kekuatan pendorong pertumbuhan intelektual. Menurut
Piaget, setiap organisme mempunyai kecenderungan untuk menciptakan hubungan harmonis antara
dirinya dan lingkungannya.
Ekuilibrasi
adalah tendensi bawaan untuk mengorganisasikan pengalaman agar memperoleh adaptasi yang maksimal.
Ekuilibrasi didefinisikan sebagai pendorong terus-menerus ke atas ke arah
ekuilibrium (keseimbangan).
4.
Interiorisasi
Interaksi
awal dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor, yakni merespon stimulus
lingkungan dengan reaksi motor (gerak) refleks. Penurunan ketergantungan pada
lingkungan fisik dan menigkatnya penggunaan struktur kognitif ini disebut
interiorasi.
2.3 Periode Perkembangan Kognitif Manusia Menurut
Piaget
Dari hasil penelitian piaget mengenai perkembangan
kognitif, Beliau mengemukaan bahwa ada empat perkembangan kognitif manusia
yaitu:
1.
Tahap sensorimotor (usia sekitar 0-2
tahun)
Tahap
ini berlangsung kira-kira sejak anak itu lahir hingga usia 2 tahun. Tahap ini
merupakan suatu interaksi yang dilakukan melalui efek perasaan dan otot-otot
anak. Aktifitas mental anak adalah mengkontruksi dan mereduksi objek atau
kejadian. Mengkontruksi berarti membentuk gambaran mental suatu objek atau
kejadian dan rekontruksi berarti menggunakan gambaran agar suatu kejadian itu
terjadi kembali.
Bayi
dibawah usia 18 bulan pada umumnya belum memiliki pengenalan object permanence artinya benda apapun
yang ia tidak lihat, tidak ia sentuh, tidak ia dengar, maka dianggap tidak ada,
meskipun benda itu ada. Object permanence
anak mulai muncul secara bertahap. Anak mulai menyadari bahwa objek tetap
ada, meskipun ia tidak melihat atau tidak
menyentuhnya.
Pada
tahap ini anak bersifat egosentris, artinya segala sesuatu dilihat berdasarkan
kerangka referensi dirinya sendiri. Dunia psikologisnya adalah satu-satunya
dunia yang ada.
2.
Tahap Pemikiran Praoperasional (usia
sekitar 2-7 tahun)
Tahap
ini merupakan tahap dimana anak masih belum mampu (sepenuhnya) untuk memikirkan
operasi-operasi mental tanpa melakukan operasi-operasi fisik nyata. Perolehan
kemampuan berupa kesadaran kesadaran terhadap eksistensi object permanence adalah
hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru seperti mental representation. Representasi mental merupakan bagian yang
paling penting dari skema kognitif yang memungkinkan anak berfikir dan
menyimpulkan esksistensi sebuah benda atau kejadian yang berada diluar
pandangan, pendengaran, atau tidak dalam jangkauan tangannya. Hal ini juga
memungkinkan anak untuk mengembangkan defarred
imitation ( peniruan yang tertunda). Seiring dengan munculnya kapasitas defarred imitation muncul pula gejala
adanya insight-learning, yaitu gejala
belajar berdasarkan titik akal.
3.
Tahap concrete operation (kira-kira usia 7-11 tahun)
Menurut Piaget,
tidak sedikit pemikiran orang dewasa yang juga menggunakan
intuisi seperti pemikiran praoperasional anak-anak. Pada tahap
operasional konkrit terdapat sistem operasional kognitif yaitu :
1. Conservation (konservasi)
Anak dapat mengoperasikan operasi mental yang di
putar balikkan.
2. Addition of classes (penambahan
golongan benda)
Kemampuan anak dalam memahami cara megkombinasikan
beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah.
3. Multiplication of classes (melipatgandakan
golongan benda)
Kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara
mempertahankan dimensi-dimensi benda.
4. Tahap
formal-opersional (11 tahun ke atas)
Tahap ini merupakan tahap akhir
perkembangan kognitif untuk perkembangan selanjutnya hanya merupakan perluasan penerapan,
dan penghalusan pola pemikiran. Seseorang telah memiliki kemampuan
mengordinasikan baik secara stimultan maupun secara berurutan. Ada dua macam
kemampuan berfikir yaitu hipotesis dan abstrak. Kemampuan
berfikir hipotesis adalah kemampuan berfikir tentang kejadian-kejadian yang
dilihat kemudian menghimpun informasi untuk menguji hipotesis
tersebut. Berpikir abstrak yaitu berpikir hipotesis untuk menyelesaikan suatu
masalah, seperti anak remaja pada umumnya.
2.4 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Menurut Piaget
·
Kematangan
Struktur
fisik mempengaruhi perkembangan kognisi. Struktur fisik (seperti susunan saraf
pusat) merupakan alat organ untuk mengetahui.
·
Pengalaman
Pengalaman
adalah kontak dengan lingkungan. Pengalaman ini
ada dua macam yaitu pengalaman fisik dan pengalaman logika-matematis.
·
Transmisi sosial
Transmisi
sosial menunjukkan pengaruh budaya terhadap pemikiran anak. Piaget menekankan
bahwa transmisi sosial saja belum cukup, melainkan anak baru dapat menangkap
transmisi sosial jika struktur kognisi anak dapat mengasimilasinya.
·
Equilibrasi
Equilibrasi
merupakan proses pengaturan diri yang dilakukan anak untuk berkembang.
2.5 Implikasi Kemampuan Berfikir (Kognitif )
dalam Pembelajaran Menurut Piaget
Pengalaman pendidikan harus dibangun
di seputar struktur kognitif pembelajaran. Proses belajar
akan terjadi jika materi belajar adalah sebagian sudah diketahui dan sebagian
belum di ketahui. Pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang
bagi pembelajaran, sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan
pertumbuhan intelektual.
Pokok-pokok
pikiran Piaget dapat mewarnai setting
pendidikan, diantaranya:
· Pendekatan
terpusat pada anak
Jalan pikiran anak berbeda dari orang dewasa oleh
karenanya guru harus mengamati anak untuk menemukan perspektif anak.
· Aktivitas
Individu berapapun
umurnya proses belajar yang paling baik didapat dari aktivitas yang merupakan
inisiatif sendiri, sangat penting implikasinya di bidang pendidikan. Pentingnya
aktivitas tersebut baik fisik maupun mental.
· Belajar
secara individual
Struktur kognisi anak yang berinteraksi dengan
pengalaman baru menimbulkan minat dan menstimulur perkembangan kognisi lebih
lanjut.
· Interaksi
sosial
Pada mulanya kemampuan berfikir anak bersifat
egosentris, kemudian dengan semakin kayanya interaksi anak dengan orang lain ,
anak belajar bahwa ada pandangan-pandangan orang lain yang berbeda dari
pandangannya sendiri, sehingga sifat egosentris anak lambat laun akan
berkurang.
2.6 Teori yang di Kemukakan Oleh
Piaget Tentang Strategi-strategi Pengajaran
a)
Menggunakan pendekatan konstruktif.
b)
Memfasilitasi belajar anak.
c)
Guru merespon anak sesuai dengan
pengetahuan dan tingkah laku pemikiran anak.
d)
Guru menjadikan ruang kelas sebagai
tempat anak melakukan eksplorasi dan menemukan kesimpulan sendiri.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget,
seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih
tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi
konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya—
dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Saran
Adapun saran kami sebagai penulis
adalah sebagi berikut :
1.
Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran membangun bagi
penulis.
2.
Kritik dan saran kepada pembaca apabila ada kekurangan didalam makalah kami
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Diktat
Perkembangan Peserta Didik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar