Rabu, 10 Februari 2016

Makalah Observasi Sejarah Kota Tanjungbalai

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Tugas akhir ini menginspirasi kami untuk membahas tentang adat yang sangat Khas di Tanjungbalai. Karena adat istiadat ini sangatlah populer dikalangan masyarakat kebanyakan dan khususnya di daerah perkampungan Asahan, Kisaran, Simpang ampat, aek kanopan, lima puluh, dan tanjungbalai. Benda khas yang populer ini dinamakan dengan Balai, yang menggugah kami untuk mengetahui apa itu hakikat yang sebenarnya dari balai, dan berperan sebagai apakah balai tersebut sehingga banyak dari kalangan masyarakat yang menggunakan Balai sebagai acara seremonial. Dan sudah barang tentu adanya keterkaitan karena memiliki makna-makna yang terkandung didalam benda khas ini. Akan kami coba menguak sejarah, fungsi, juga peran dari balai ini agar tidak membuat banyak dari kalangan khususnya mahasiswa untuk penasaran apakah itu Balai, dan mengapa sangat terpopuler dikalangan tersebut.
           
  1. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana sekilas sejarah Kota Tanjungbalai?
  2. Apa saja benda khas upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai?
  3. Apa saja acara adat istiadat melayu Tanjungbalai?

  1. Tujuan Penulisan
  1. Menjelaskan sekilas sejarah kota Tanjungbalai.
  2. Menjelaskan benda khas upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai.
  3. Menjelaskan acara adat istiadat melayu Tanjungbalai.






BAB II
PEMBAHASAN

A.Sekilas Sejarah Mengenai Kota Tanjungbalai

            Mengenai asal usul nama “kota Tanjungbalai” yang terletak di propinsi Sumatera Utara menurut cerita rakyat yang ada di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan. Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar kecil tempat melintas ataupun orang-orang yang ingin bepergian ke hulu sungai silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim menyebutnya balai di Tanjung.
            Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah sebagi Raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620. Dari tahun ke tahun Kota Tanjungbalai terus berkembang, para pendatang dari berbagai tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian menetapkan di Tanjungbalai, sehingga kota ini telah menjadi kota yang berpenduduk padat.
            Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199 Ha. (2 Km2) menjadi 60 Km2, kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per Km2. Kota Tanjunjgbalai terletak diantara 2o 58’ LU dan 99o 48’ BT, dengan luas wilayah 60,529 Km2 (6.052,9 Ha) berada dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batas-batas sebagai berikut :
                       Sebelah selatan dengan Kecamatan Simpang Empat.
                       Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjungbalai
                       Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang
                       Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat


B.Benda khas upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai
            Setiap daerah seyogyanya memiliki benda khas yang menjadi tradiri turun temurun penduduk daerahnya itu sendiri. Dengan ini, kota Tanjungbalai memiliki benda khas yang diturutkan dalam acara upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai. Alat perlengkapan/ asesoris yang selalu harus ada didalam setiap acara Adat Istiadat Perkawinan Melayu Tanjungbalai diantaranya ialah: Tepak Sirih, Tepung Tawar dan Balai (Bale).

1.  Tepak Sirih
            Tepak sirih ini, didalam setiap upacara perkawinan Adat Melayu, Wajib ada. Diawali dari upacara pinang-meminang, sebagai pembuka kata, harus diawali dengan menyorongkan setepak sirih, sebagai apa yang dinamakan “Tepak pembuka kata”. Tepak sirih ini berisikan daun sirih, pinang, gambir, kapur dan tembakau, serta bunga-bunga sebagai pengiasnya.

2. Tepung Tawar
            Tepung tawar juga salah satu alat kelengkapan didalam upacara Perkawinan Adat Istiadat Melayu. Upah-Upah dan Tepung tawar merupakan kegiatan yang sering di dengar pada saat orang pesta perkawinan di Melayu Sumatera Utara, Upah-Upah terutama ada di Asahan, Tanjungbalai, Labuhan Batu dan sekitarnya.
 Tepung tawar ini menjadi kelengkapan yang paling utama didalam semua upacara adat istiadat Melayu. Tepung tawar ini selalu dipergunakan pada acara perkawinan, khitan, “Upah-upah” (terhadap orang yang selamat dari musibah atau sakit), orang yang mendapat rezeky (Naik pangkat atau lainnya), sebagai obat dan lain-lain.





Instrument yg digunakan dalam acara Tepung Tawar & Upah Upah
Upah-Upah dan Tepung tawar sebenarnya merupakan dua kegiatan yang berbeda..Tepung tawar dilakukan untuk mengikhlaskan semua kegiatan (segalanya menjadi Tawar), tak ada lagi yang tidak suka, tidak enak, apapunlah namanya.
Kalau di acara perkawinan maka semua yang menepung tawari secara tulus sudah mengikhlaskan segalanya untuk kedua mempelai. Tak ada lagi yang tak sesuai atau tak pantas.
Assalamualaikum kata bermula
Kepada Tuan serta Saudara
Cara berpantun hamba berkata
Untuk menghidupkan budaya kita.
Pulut kuning Pulut pengupah
Letak tersusun atas cerana
Hilang sedih hilang susah
Upah-upahlah pula jadi ubatnya.
Tepuk tepuk sibatang kayu
Sesat seekor siikan baung
Tepung tawar budaya Melayu
Datang semangat, elok diuntung
Didalam upacara tepung tawar ini selalu tetap ada:
  1. Ramuan Penabur
Ramuan penabur ini, diletakkan diatas pahar (dulang) yang dibagi atas bunga rampai, beras kuning, beras putih, bertih dan tepung beras, yang diletakkan didalam piring secara terpisah. Seluruhnya ini masing-masing mempunyai arti. Bunga rampai berarti keharuman nama / marwah. Beras kuning berarti kemakmuran atau kemajuan. Beras putih berarti kesuburan. Bertih berarti berkembang keturunan dan tepung beras berarti kebersihan hati.

  1.  Ramuan Perincis
http://tanjungbalaiwatch.files.wordpress.com/2011/10/jambul-tawar.jpg?w=460&h=310Ramuan perincis ini terdiri dari semangkuk air (biasanya didalam mangkuk joluk), segenggam beras putih dan dicampur dengan sebuah jeruk purut yang diiris-iris. Ramuan perincis untuk tepung tawar terdiri dari semangkuk air, segenggam beras putih dicampur jeruk purut (limau mungkur) diiris-iris. Juga satu ikat bahan tepung tawar terdiri dari 7 macam bahan yakni: daun kalinjuhang (lambang tenaga magis kekuatan ghaib), daun pepulut atau pulutan (lambang kekekalan sesuai sifatnya yang lengket),daun ganada rusa (lambang perisai gangguan alam), daun jejeruan (lambang kelanjutan hidup sebab sukar dicabut), daun sepenuh(lambang rezeki), daun sedingin (lambang menyejukkan, ketenangan, kesehatan), rumput sambau dan akarnya (lambang pertahanan karena akarnya sukar dicabut).






 Kelengkapan lainnya dari ramuan perincis ini salah satu ikat 7 macam     dedaunan. Daun – daun tersebut adalah :
            1. Daun Kalinjuhang (lambang tenaga magis dan kekuatan ajaib)
            2. Daun Sedingin (lambang ketenangan dan kesejukan)
            3. Daun Pepulut (lambang kekekalan, dimana sifatnya yang lengket)
            4. Daun Ganda Rusa (lambang penangkal gangguan alam)
            5. Daun Jejurun (lambang panjangnya usia, dimana pohon ini sukar
                dicabut)
            6. Daun Sepenuh (lambang rezeky)
            7. Pohon Sambau berikut akarnya (lambang pertahanan/kekuatan, sama
                seperti daun jejurun yang pohonnya sukar dicabut).

  1. Pedupaan
               Dalam acara tepung tawar juga disediakan pedupaan (dupa) tempat kemenyan atau setanggi dibakar yang tujuannya untuk wewangian saja.
Cara menepung tawari:
Orang yang hendak di tepung tawar biasanya didudukkan di tempat khusus semacam peterana.Di atas kedua pahanya di letakkan kain panjang untuk menjaga kemungkinan tidak kotor atau basah oleh air tepung tawar.Lalu si penepung tawar mengambil sedikit demi sedikit bahan- bahan tepung tawar. Setelah itu di ambil ikatan daun tepung tawar dan dicelupkan ke air tepung tawar dan disapukan ke telapak tangan.Setelah itu orang yang di tepung tawari (jika lebih muda) mengangkat kedua tangan nya (menyembah) atau salam sembah kepada yang menepung tawari.Tetapi jika orang yang di tepung tawari lebih tua atau berpangkat,maka yang menepung tawari yang mengangkat tangan sebagai tanda penghormatan atau terima kasih.Jumlah orang yang menepung tawari biasanya 7 orang dan jika tidak ada yang berpangkat di dahulukan orang yang tertua untuk menepung tawari pertama kali.Dipantang larangkan jika yang menepung tawari bertutur lebih muda,juga berpantang orang yang sedang hamil menepung tawari.Dalam acara tepung tawar ini jumlah penepung tawarnya harus lah ganjil,misalnya 9 atau 11 orang.Namun apabila masih ada yang ingin menepung tawari tidak ditutup kemungkinan,hanya saja tidak lagi dipanggilkan sebagaimana urutan terhadap yang 9 atau 11 orang.






3.Balai/ bale
            Balai ini juga sering disebut sebagai “pulut balai”, dimana balai ini bentuknya berkaki empat dimana tingkatannya dari 3 sampai 7 (disesuaikan dengan tingkatan hidupnya dimasyarakat, apakah dari keturunan biasa atau keturunan Sultan). Setiap tingkat balai berisi pulut yang sudah dimasak. Balai didalam adat melayu hanya punya 2 macam warna, yaitu Balai Kuning dan Balai Putih. Maksudnya semua bernuansa kuning atau putih.
Balai Kuning ini penggunaannya adalah untuk upacara perkawinan, sementara Balai putih digunakan untuk upacara – upacara keagamaan, seperti Sunat Rasul, Khatam Qur’an, Upah-upah Joput semangat dan lainnya.
            Disetiap tingkatan, balai ini diisi dengan pulut kuning atau putih, (sesuai kepentingannya) yang melambangkan kemuliaan, kegembiraan (Balai Kuning) dan ketakwaan (Balai Pulut Putih). Pulut-pulut ini dimaknai juga sebagai bentuk kebersamaan (tekstur pulut yang lengket) atau menjalin / menjaga hubungan silaturrahmi.
            Disetiap tingkat balai dihias dengan memacakkan bunga merawal dan telur yang sudah direbus. Jumlah seluruh merawal dan telur yang dipacakkan diatas Balai ini, jumlahnya harus Ganjil.
Kemudian dipuncak tingkatan Balai, diletakkanlah seekor ayam panggang sebagai lambang pengorbanan, yang ditusuk dengan bunga puncak balai. Didalam upacara keagamaan (Balai Pulut putih / nuansa putih), dipuncak balai, selalu diletakkan Kelapa Inti (Kelapa Parut yang dimasak dengan gula aren/Gula Merah)
            Dimasa dahulu, apabila upacara perkawinan, upah-upah dan lainnya yang mempergunakan Balai, pulut balai yang berada didalam balai ini, diberikan kepada mereka yang menepung tawari atau yang mengupah – upah, yang disebut sebagai “Berkat. Namun pulut balai itu juga dizaman dulu, diberikan kepada sanak saudara yang datang dari jauh, sebagai bekal mereka ditengah jalan untuk dimakan apabila pulang nanti. Hal ini karena dahulu kala, jarang ada warung-warung ditengah perjalanan, saat mereka pulang kerumah masing-masing.
            Hanya saja, sekarang makna dari balai ini sudah “tidak jelas” lagi. Hal ini disebabkan karena warna balai sekarang tidak hanya kuning dan putih saja, tapi sudah warna-warni. Begitu pula dengan warna pulut yang ada didalam balai, ada warna hijau, pink, merah gula aren (pulut manis / wajik). Apalagi pulut-pulut yang diletakkan didalam balai, sudah dibungkus – bungkus dengan plastik, sehingga menghilangkan makna kebersamaan atau silaturrahminya, (karena sudah dipisah – pisahkan / dibungkus – bungkus). Arti balai ini :
- Pulut Kuning                        = Membawa Rahmat
- Ayam Panggang                   = Mengantar Nikmat
- Bunga Telor                          = Membawa Bahagia
- Bunga Merawal                    = Mengantar Kejayaan.

Setelah itu balai diletakkan di tengah-tengah majelis sehingga memperindah pemandangan. Biasanya jika acara seremonial seperti perkawinan, bunga telur dibagi-bagi kepada undang yang hadir, bisanya peserta marhaban jika acara itu memanggil kelompok marhanam. Demikianlah sekelumit adat istiadat tepung tawar Melayu Serdang yang masih tetap dilestarikan hingga sekarang.




C.Upacara Adat Istiadat Tanjungbalai
            Acara adat Istiadat didaerah Tanjungbalai sangatlah menjiwai para penduduknya. Yang disetiap agendanya selalu tersusun rapi sesuai adat yang dan kebiasaan khas Tanjung balai, diantaranya yaitu Menikahkan, Mengayunkan, Khitanan, Menyonggot, Khataman, dan Memberangkatkan Haji. Berikut penjelasannya yang dikutip dari narasumber.

            a. Menikahkan
                        Menikahkan berarti Menpersunting atau mengikat seorang wanita menjadi pendamping hidup seorang lelaki dewasa yang sudah cukup umur untuk menikah. Seorang laki-laki yang menikah harus memberikan mas kawin sesuai permintaan mempelai wanita. Adat didalamnya mempelai pria harus menjumpai mempelai wanita di rumah atau dikediaman mempelai wanita yang disebut dengan lamaran. Sesudah ada lamaran / kesepakatan maka akan disepakati tanggal pernikahan ataupun pertunangannya.Kemudian di tanggal tersebut di adakan pesta oleh mempelai perempuan.Dimana maksud dari pengadaan pesta tersebut untuk melepaskan mempelai perempuan agar ikut dengan suaminya.Serta menghibur keluarga mempelai perempuan yang akan ditinggalkan karena ikut dengan suaminya.Terutama menghibur keluarga dekat,yaitu ayah dan ibu serta abang,kakak, atau adik- adik nya.jika ingin mengadakan pesta di rumah mempelai laki- laki biasanya dilaksanakan setelah selesai acara di rumah mempelai perempuan.

            b. Mengayunkan
                        Mengayunkan yang dimaksudkan ialah acara adat khas dari Tanjungbalai yang dilakukan untuk mengupah-upahkan seorang bayi dengan awal membubuhkan nama dari bayi tersebut. Istilah mengayunkan diambil dari kegiatan yang dilakukan didalam adat ini dengan menggunakan ayunan untuk tempat tidur si bayi yang dihiasi dengan beragam pernak pernik ditempat ayunannya tersebut. Kemudian si bayi digendong oleh ibu kandungnya dengan dicolekkan kunyit pada Dahi si bayi dan ibunya. Sekaligus mengupah-upahkan agar si anak dipercaya dapat hidup bahagia dan berbakti kepada orang tuanya. Kemudian di agendakan dengan pengajian dan salam-salaman juga makan bersama dengan pihak keluarga besar.Jika si tuan rumah ingin acara nya lebih meriah,biasanya di panggil penyanyi nasyid gendang rebana.Atau jika ingin lebih meriah lagi dan si tuan rumah orang yang kaya dan memiliki saudara yang banyak atau jauh, biasanya di undang kibotan untuk memeriahkan acara mengayunkan si anak.Tetap dengan memakai penyanyi nasyid sebagai penghiburnya.Selain kibotan atau acara syukuran,mengayunkan bisa juga di sandingkan dengan acara wiritan ibu- ibu di kampung.Dimana setelah acara wiritan,langsung di lanjut ke acara mengayunkan.

            c. Khitanan
                        Khitanan diartikan sebagai Sunat Rasul. Sunat Rasul juga didalamnya terdapat adat mengenai upah-upah yang dipercayai supaya si anak yang di khitan lebih dewasa dan dapat meraih cita-citanya dengan sukses.

            d. Menyonggot
                        Menyonggot diartikan sebagai upah-upah atau jeput semangat.Atau dalam bahasa Tanjung Balainya “joput samangat”. Bisa disebut juga mengangkat penyakit. Adat ini dilakukan setiap kali seseorang yang mengalami terkejut/syok/terkena musibah/baru terkena penyakit, yang dipercaya dapat menyembuhkan atau memulihkan keadaan seseorang kembali seperti sedia kala.

            e. Khataman
                        Khataman diartikan sebagai khatam Al-Qur’an, seseorang yang telah mengkhattamkan Al-Qur’an dari Juz 1 hingga Juz 30. Dan mempersembahkan dengan pulut putih yang diberikan kepada Guru yang mengajarnya mengaji. Dan sambil berdo’a agar anak tersebut lebih lancar dan diberkahi oleh Allah Swt.

            f. Memberangkatkan haji (upah- upah)
Melakukan rinjis-rinjis Pelaksanaan Tepung tawar dimulai dengan melakukan rinjis-rinjis yaitu menepiskan air mawar ke tangan atau badan yang di tepung tawari, Mengoleskan tepung tawar kemudian Oleskan tepung putih yang telah dicampur dengan tepung yang kuning ke muka atau tangan orang yang ditepung tawari. Menaburkan bunga rampai lalu Taburkan bunga dan beras kuning di kepalanya. Menyarungkan kain pelekat. Sarungkan kain pelekat yang sejak awal kita pakai untuk upah-upah. Terakhir taburkan bertih di kepalanya.
“Uuupah – upah satu duo tigo…uuupah –upah ….kuuur semangat….”
Di sekitar Labuhan batu, upah-upah menggunakan bahan lain juga berupa kepala kambing. Yang juga memiliki makna terkandung didalamnya sesuai kepercayaan masyarakat yang meyakinkannya.














BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Balai merupakan benda khas Tanjungbalai yang digunakan atau dipakai dalam acara-acara adat khas di Tanjungbalai. Terdiri dari merawal, pulut, telur dan warna yang menyimbolkan sesuai acara apa yang dilaksanakan. Balai yang dahulu sekarang dan yang akan datang tetap selalu dalam bentuk aslinya. Dan tidak memiliki perubahan sesuai zaman, namun hanya hiasan-hiasan dan kreatifitas yang tidak menghilangkan makna-makna yang terkandung dalam balai tersebut. Sesuai dengan namanya benda khas yang khas dipakai untuk acara adat saja tidak untuk dikarang-karang dan disepelekan dalam penggunaannya.
  1. Saran
Seharusnya acara adat, benda khas dan logo khas dari daerah Tanjungbalai untuk dijaga dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya. Agar tidak ada perubahan dan kesalahpahaman dalam menjalankan aktifitas adat istiadat. Khususnya dalam penggunaan balai






DAFTAR PUSTAKA
Arfin,Zainal.2013:Buku saku upacara adat isitiadat perkawinan melayu        Tanjungbalai
Ikhsan,Ahmad,ST.MT.Thesis.2007:Sejarah Singkat Tanjungbalai asahan.
Narasumber:
1.      Ahmat Ikhsan ST.MT
2.      Zinal Arifin BA.











LAMPIRAN























Tidak ada komentar:

Posting Komentar