BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Tugas akhir ini menginspirasi kami untuk membahas tentang adat yang
sangat Khas di Tanjungbalai. Karena adat istiadat ini sangatlah populer
dikalangan masyarakat kebanyakan dan khususnya di daerah perkampungan Asahan,
Kisaran, Simpang ampat, aek kanopan, lima puluh, dan tanjungbalai. Benda khas
yang populer ini dinamakan dengan Balai, yang menggugah kami untuk mengetahui
apa itu hakikat yang sebenarnya dari balai, dan berperan sebagai apakah balai
tersebut sehingga banyak dari kalangan masyarakat yang menggunakan Balai
sebagai acara seremonial. Dan sudah barang tentu adanya keterkaitan karena
memiliki makna-makna yang terkandung didalam benda khas ini. Akan kami coba
menguak sejarah, fungsi, juga peran dari balai ini agar tidak membuat banyak
dari kalangan khususnya mahasiswa untuk penasaran apakah itu Balai, dan mengapa
sangat terpopuler dikalangan tersebut.
- Rumusan
Masalah
- Bagaimana sekilas sejarah Kota Tanjungbalai?
- Apa saja benda khas upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai?
- Apa saja acara adat istiadat melayu Tanjungbalai?
- Tujuan
Penulisan
- Menjelaskan sekilas sejarah kota Tanjungbalai.
- Menjelaskan benda khas upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai.
- Menjelaskan acara adat istiadat melayu Tanjungbalai.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sekilas
Sejarah Mengenai Kota Tanjungbalai
Mengenai asal usul nama “kota
Tanjungbalai” yang terletak di propinsi Sumatera Utara menurut cerita rakyat
yang ada di Tanjungbalai bermula dari sebuah kampung yang ada disekitar ujung
tanjung di muara Sungai Silau dan aliran Sungai Asahan. Lama kelamaan balai
yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai
bandar kecil tempat melintas ataupun orang-orang yang ingin bepergian ke hulu
sungai silau. Tempat itu kemudian dinamai “Kampung Tanjung” dan orang lazim
menyebutnya balai di Tanjung.
Ditemukannya Kampung Tanjung
kemudian menjadikan daerah itu menjadi semakin ramai dan berkembang menjadi
sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah sebagi Raja pertama Kerajaan
Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan
pada tahun 1620. Dari tahun ke tahun Kota Tanjungbalai terus berkembang, para
pendatang dari berbagai tempat dengan tujuan untuk berdagang, kemudian
menetapkan di Tanjungbalai, sehingga kota ini telah menjadi kota yang
berpenduduk padat.
Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas
dari hanya 199 Ha. (2 Km2) menjadi 60 Km2, kota ini pernah menjadi kota
terpadat di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang
dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000 jiwa per Km2. Kota Tanjunjgbalai
terletak diantara 2o 58’ LU dan 99o 48’ BT, dengan luas wilayah 60,529 Km2
(6.052,9 Ha) berada dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan
batas-batas sebagai berikut :
•
Sebelah selatan dengan Kecamatan Simpang Empat.
•
Sebelah Utara dengan Kecamatan Tanjungbalai
•
Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei Kepayang
•
Sebelah Barat dengan Kecamatan Simpang Empat
B.Benda
khas upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai
Setiap daerah seyogyanya memiliki
benda khas yang menjadi tradiri turun temurun penduduk daerahnya itu sendiri.
Dengan ini, kota Tanjungbalai memiliki benda khas yang diturutkan dalam acara
upacara adat istiadat melayu Tanjungbalai. Alat perlengkapan/ asesoris yang
selalu harus ada didalam setiap acara Adat Istiadat Perkawinan Melayu
Tanjungbalai diantaranya ialah: Tepak Sirih, Tepung Tawar dan Balai (Bale).
1. Tepak Sirih
Tepak sirih ini, didalam setiap
upacara perkawinan Adat Melayu, Wajib ada. Diawali dari upacara pinang-meminang,
sebagai pembuka kata, harus diawali dengan menyorongkan setepak sirih, sebagai
apa yang dinamakan “Tepak pembuka kata”. Tepak sirih ini berisikan daun sirih,
pinang, gambir, kapur dan tembakau, serta bunga-bunga sebagai pengiasnya.
2. Tepung
Tawar
Tepung
tawar juga salah satu alat kelengkapan didalam upacara Perkawinan Adat Istiadat
Melayu. Upah-Upah dan Tepung tawar merupakan kegiatan yang sering di dengar
pada saat orang pesta perkawinan di Melayu Sumatera Utara, Upah-Upah terutama
ada di Asahan, Tanjungbalai, Labuhan Batu dan sekitarnya.
Tepung tawar ini menjadi
kelengkapan yang paling utama didalam semua upacara adat istiadat Melayu.
Tepung tawar ini selalu dipergunakan pada acara perkawinan, khitan, “Upah-upah”
(terhadap orang yang selamat dari musibah atau sakit), orang yang mendapat
rezeky (Naik pangkat atau lainnya), sebagai obat dan lain-lain.
Instrument yg digunakan dalam acara Tepung
Tawar & Upah Upah
Upah-Upah dan Tepung
tawar sebenarnya merupakan dua kegiatan yang berbeda..Tepung tawar dilakukan
untuk mengikhlaskan semua kegiatan (segalanya menjadi Tawar), tak ada lagi yang
tidak suka, tidak enak, apapunlah namanya.
Kalau di acara perkawinan maka semua yang menepung tawari secara tulus sudah mengikhlaskan segalanya untuk kedua mempelai. Tak ada lagi yang tak sesuai atau tak pantas.
Kalau di acara perkawinan maka semua yang menepung tawari secara tulus sudah mengikhlaskan segalanya untuk kedua mempelai. Tak ada lagi yang tak sesuai atau tak pantas.
Assalamualaikum kata bermula
Kepada Tuan serta Saudara
Cara berpantun hamba berkata
Untuk menghidupkan budaya kita.
Kepada Tuan serta Saudara
Cara berpantun hamba berkata
Untuk menghidupkan budaya kita.
Pulut kuning Pulut pengupah
Letak tersusun atas cerana
Hilang sedih hilang susah
Upah-upahlah pula jadi ubatnya.
Letak tersusun atas cerana
Hilang sedih hilang susah
Upah-upahlah pula jadi ubatnya.
Tepuk tepuk sibatang kayu
Sesat seekor siikan baung
Tepung tawar budaya Melayu
Datang semangat, elok diuntung
Sesat seekor siikan baung
Tepung tawar budaya Melayu
Datang semangat, elok diuntung
Didalam upacara tepung tawar ini selalu tetap ada:
- Ramuan Penabur
Ramuan penabur ini, diletakkan diatas pahar (dulang) yang dibagi atas
bunga rampai, beras kuning, beras putih, bertih dan tepung beras, yang
diletakkan didalam piring secara terpisah. Seluruhnya ini masing-masing
mempunyai arti. Bunga rampai berarti keharuman nama / marwah. Beras kuning
berarti kemakmuran atau kemajuan. Beras putih berarti kesuburan. Bertih berarti
berkembang keturunan dan tepung beras berarti kebersihan hati.
- Ramuan Perincis

Kelengkapan lainnya dari ramuan
perincis ini salah satu ikat 7 macam
dedaunan. Daun – daun tersebut adalah :
1. Daun Kalinjuhang
(lambang tenaga magis dan kekuatan ajaib)
2. Daun Sedingin
(lambang ketenangan dan kesejukan)
3. Daun Pepulut (lambang
kekekalan, dimana sifatnya yang lengket)
4. Daun Ganda Rusa
(lambang penangkal gangguan alam)
5. Daun Jejurun (lambang
panjangnya usia, dimana pohon ini sukar
dicabut)
6. Daun Sepenuh (lambang
rezeky)
7. Pohon Sambau berikut
akarnya (lambang pertahanan/kekuatan, sama
seperti daun jejurun yang pohonnya sukar
dicabut).
- Pedupaan
Dalam acara tepung tawar juga disediakan pedupaan (dupa) tempat kemenyan atau setanggi dibakar yang tujuannya untuk wewangian saja.
Cara menepung
tawari:
Orang yang hendak di tepung tawar biasanya didudukkan di tempat khusus
semacam peterana.Di atas kedua pahanya di letakkan kain panjang untuk menjaga
kemungkinan tidak kotor atau basah oleh air tepung tawar.Lalu si penepung tawar
mengambil sedikit demi sedikit bahan- bahan tepung tawar. Setelah itu di ambil
ikatan daun tepung tawar dan dicelupkan ke air tepung tawar dan disapukan ke
telapak tangan.Setelah itu orang yang di tepung tawari (jika lebih muda)
mengangkat kedua tangan nya (menyembah) atau salam sembah kepada yang menepung
tawari.Tetapi jika orang yang di tepung tawari lebih tua atau berpangkat,maka
yang menepung tawari yang mengangkat tangan sebagai tanda penghormatan atau
terima kasih.Jumlah orang yang menepung tawari biasanya 7 orang dan jika tidak
ada yang berpangkat di dahulukan orang yang tertua untuk menepung tawari
pertama kali.Dipantang larangkan jika yang menepung tawari bertutur lebih
muda,juga berpantang orang yang sedang hamil menepung tawari.Dalam acara tepung
tawar ini jumlah penepung tawarnya harus lah ganjil,misalnya 9 atau 11
orang.Namun apabila masih ada yang ingin menepung tawari tidak ditutup
kemungkinan,hanya saja tidak lagi dipanggilkan sebagaimana urutan terhadap yang
9 atau 11 orang.
3.Balai/
bale
Balai ini juga sering disebut
sebagai “pulut balai”, dimana balai ini bentuknya berkaki empat dimana
tingkatannya dari 3 sampai 7 (disesuaikan dengan tingkatan hidupnya
dimasyarakat, apakah dari keturunan biasa atau keturunan Sultan). Setiap
tingkat balai berisi pulut yang sudah dimasak. Balai didalam adat melayu hanya
punya 2 macam warna, yaitu Balai Kuning dan Balai Putih. Maksudnya semua
bernuansa kuning atau putih.
Balai Kuning ini
penggunaannya adalah untuk upacara perkawinan, sementara Balai putih digunakan
untuk upacara – upacara keagamaan, seperti Sunat Rasul, Khatam Qur’an,
Upah-upah Joput semangat dan lainnya.
Disetiap tingkatan, balai ini diisi
dengan pulut kuning atau putih, (sesuai kepentingannya) yang melambangkan
kemuliaan, kegembiraan (Balai Kuning) dan ketakwaan (Balai Pulut Putih).
Pulut-pulut ini dimaknai juga sebagai bentuk kebersamaan (tekstur pulut yang
lengket) atau menjalin / menjaga hubungan silaturrahmi.
Disetiap tingkat balai dihias dengan
memacakkan bunga merawal dan telur yang sudah direbus. Jumlah seluruh merawal
dan telur yang dipacakkan diatas Balai ini, jumlahnya harus Ganjil.
Kemudian
dipuncak tingkatan Balai, diletakkanlah seekor ayam panggang sebagai lambang
pengorbanan, yang ditusuk dengan bunga puncak balai. Didalam upacara keagamaan
(Balai Pulut putih / nuansa putih), dipuncak balai, selalu diletakkan Kelapa
Inti (Kelapa Parut yang dimasak dengan gula aren/Gula Merah)
Dimasa dahulu, apabila upacara
perkawinan, upah-upah dan lainnya yang mempergunakan Balai, pulut balai yang
berada didalam balai ini, diberikan kepada mereka yang menepung tawari atau
yang mengupah – upah, yang disebut sebagai “Berkat. Namun pulut balai itu juga
dizaman dulu, diberikan kepada sanak saudara yang datang dari jauh, sebagai
bekal mereka ditengah jalan untuk dimakan apabila pulang nanti. Hal ini karena
dahulu kala, jarang ada warung-warung ditengah perjalanan, saat mereka pulang
kerumah masing-masing.
Hanya saja, sekarang makna dari
balai ini sudah “tidak jelas” lagi. Hal ini disebabkan karena warna balai
sekarang tidak hanya kuning dan putih saja, tapi sudah warna-warni. Begitu pula
dengan warna pulut yang ada didalam balai, ada warna hijau, pink, merah gula
aren (pulut manis / wajik). Apalagi pulut-pulut yang diletakkan didalam balai,
sudah dibungkus – bungkus dengan plastik, sehingga menghilangkan makna
kebersamaan atau silaturrahminya, (karena sudah dipisah – pisahkan / dibungkus
– bungkus). Arti balai ini :
- Pulut Kuning = Membawa Rahmat
- Ayam Panggang = Mengantar Nikmat
- Bunga Telor = Membawa Bahagia
- Bunga Merawal = Mengantar Kejayaan.

Setelah itu balai
diletakkan di tengah-tengah majelis sehingga memperindah pemandangan. Biasanya
jika acara seremonial seperti perkawinan, bunga telur dibagi-bagi kepada undang
yang hadir, bisanya peserta marhaban jika acara itu memanggil kelompok
marhanam. Demikianlah sekelumit adat istiadat tepung tawar Melayu Serdang yang
masih tetap dilestarikan hingga sekarang.
C.Upacara
Adat Istiadat Tanjungbalai
Acara adat Istiadat didaerah
Tanjungbalai sangatlah menjiwai para penduduknya. Yang disetiap agendanya
selalu tersusun rapi sesuai adat yang dan kebiasaan khas Tanjung balai,
diantaranya yaitu Menikahkan, Mengayunkan, Khitanan, Menyonggot, Khataman, dan
Memberangkatkan Haji. Berikut penjelasannya yang dikutip dari narasumber.
a.
Menikahkan
Menikahkan berarti Menpersunting
atau mengikat seorang wanita menjadi pendamping hidup seorang lelaki dewasa
yang sudah cukup umur untuk menikah. Seorang laki-laki yang menikah harus
memberikan mas kawin sesuai permintaan mempelai wanita. Adat didalamnya
mempelai pria harus menjumpai mempelai wanita di rumah atau dikediaman mempelai
wanita yang disebut dengan lamaran. Sesudah ada lamaran / kesepakatan maka akan
disepakati tanggal pernikahan ataupun pertunangannya.Kemudian di tanggal
tersebut di adakan pesta oleh mempelai perempuan.Dimana maksud dari pengadaan
pesta tersebut untuk melepaskan mempelai perempuan agar ikut dengan
suaminya.Serta menghibur keluarga mempelai perempuan yang akan ditinggalkan
karena ikut dengan suaminya.Terutama menghibur keluarga dekat,yaitu ayah dan
ibu serta abang,kakak, atau adik- adik nya.jika ingin mengadakan pesta di rumah
mempelai laki- laki biasanya dilaksanakan setelah selesai acara di rumah
mempelai perempuan.
b. Mengayunkan
Mengayunkan yang
dimaksudkan ialah acara adat khas dari Tanjungbalai yang dilakukan untuk
mengupah-upahkan seorang bayi dengan awal membubuhkan nama dari bayi tersebut.
Istilah mengayunkan diambil dari kegiatan yang dilakukan didalam adat ini
dengan menggunakan ayunan untuk tempat tidur si bayi yang dihiasi dengan
beragam pernak pernik ditempat ayunannya tersebut. Kemudian si bayi digendong
oleh ibu kandungnya dengan dicolekkan kunyit pada Dahi si bayi dan ibunya.
Sekaligus mengupah-upahkan agar si anak dipercaya dapat hidup bahagia dan
berbakti kepada orang tuanya. Kemudian di agendakan dengan pengajian dan
salam-salaman juga makan bersama dengan pihak keluarga besar.Jika si tuan rumah
ingin acara nya lebih meriah,biasanya di panggil penyanyi nasyid gendang
rebana.Atau jika ingin lebih meriah lagi dan si tuan rumah orang yang kaya dan
memiliki saudara yang banyak atau jauh, biasanya di undang kibotan untuk
memeriahkan acara mengayunkan si anak.Tetap dengan memakai penyanyi nasyid
sebagai penghiburnya.Selain kibotan atau acara syukuran,mengayunkan bisa juga
di sandingkan dengan acara wiritan ibu- ibu di kampung.Dimana setelah acara
wiritan,langsung di lanjut ke acara mengayunkan.
c. Khitanan
Khitanan diartikan
sebagai Sunat Rasul. Sunat Rasul juga didalamnya terdapat adat mengenai
upah-upah yang dipercayai supaya si anak yang di khitan lebih dewasa dan dapat
meraih cita-citanya dengan sukses.
d. Menyonggot
Menyonggot diartikan
sebagai upah-upah atau jeput semangat.Atau dalam bahasa Tanjung Balainya “joput
samangat”. Bisa disebut juga mengangkat penyakit. Adat ini dilakukan setiap
kali seseorang yang mengalami terkejut/syok/terkena musibah/baru terkena
penyakit, yang dipercaya dapat menyembuhkan atau memulihkan keadaan seseorang
kembali seperti sedia kala.
e. Khataman
Khataman diartikan
sebagai khatam Al-Qur’an, seseorang yang telah mengkhattamkan Al-Qur’an dari
Juz 1 hingga Juz 30. Dan mempersembahkan dengan pulut putih yang diberikan
kepada Guru yang mengajarnya mengaji. Dan sambil berdo’a agar anak tersebut
lebih lancar dan diberkahi oleh Allah Swt.
f. Memberangkatkan haji (upah- upah)
Melakukan rinjis-rinjis Pelaksanaan Tepung tawar dimulai dengan melakukan
rinjis-rinjis yaitu menepiskan air mawar ke tangan atau badan yang di tepung
tawari, Mengoleskan tepung tawar kemudian Oleskan tepung putih yang telah
dicampur dengan tepung yang kuning ke muka atau tangan orang yang ditepung
tawari. Menaburkan bunga rampai lalu Taburkan bunga dan beras kuning di
kepalanya. Menyarungkan kain pelekat. Sarungkan kain pelekat yang sejak awal
kita pakai untuk upah-upah. Terakhir taburkan bertih di kepalanya.
“Uuupah – upah satu duo tigo…uuupah –upah ….kuuur semangat….”
Di sekitar Labuhan batu, upah-upah
menggunakan bahan lain juga berupa kepala kambing. Yang juga memiliki makna
terkandung didalamnya sesuai kepercayaan masyarakat yang meyakinkannya.
BAB
III
PENUTUP
- Kesimpulan
Balai merupakan benda
khas Tanjungbalai yang digunakan atau dipakai dalam acara-acara adat khas di
Tanjungbalai. Terdiri dari merawal, pulut, telur dan warna yang menyimbolkan
sesuai acara apa yang dilaksanakan. Balai yang dahulu sekarang dan yang akan
datang tetap selalu dalam bentuk aslinya. Dan tidak memiliki perubahan sesuai
zaman, namun hanya hiasan-hiasan dan kreatifitas yang tidak menghilangkan
makna-makna yang terkandung dalam balai tersebut. Sesuai dengan namanya benda
khas yang khas dipakai untuk acara adat saja tidak untuk dikarang-karang dan
disepelekan dalam penggunaannya.
- Saran
Seharusnya acara adat,
benda khas dan logo khas dari daerah Tanjungbalai untuk dijaga dan dilestarikan
dengan sebaik-baiknya. Agar tidak ada perubahan dan kesalahpahaman dalam
menjalankan aktifitas adat istiadat. Khususnya dalam penggunaan balai
DAFTAR PUSTAKA
Arfin,Zainal.2013:Buku saku upacara adat isitiadat
perkawinan melayu Tanjungbalai
Ikhsan,Ahmad,ST.MT.Thesis.2007:Sejarah Singkat Tanjungbalai asahan.
Narasumber:
1.
Ahmat Ikhsan ST.MT
2.
Zinal Arifin BA.
LAMPIRAN


Tidak ada komentar:
Posting Komentar