Rabu, 10 Februari 2016

Makalah PPD untuk F3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perkembangan emosi anak di pengaruhi oleh usia kronologis anak. Semakin bertambah usianya, emosi anak akan semakin berkembang. Perkembangan emosi anak dengan bertambahnya usia, bukan hanya mengenai ketepatan mengekspresikan emosi, tetapi juga adanya diferensiasi perasaan emosi.
Emosi anak adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri anak tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Tidak sulit bagi orang tua untuk mengenali berbagai reaksi emosi anak ini. Tapi, yang paling penting adalah menyikapi emosi anak dengan tepat. Kita semua, tentunya, ingin menumbuhkan kematangan si kecil dalam mengekspresikan berbagai emosinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian emosi itu?
2.      Bagaimana perkembangan dan karakteristik emosi pada anak SD ?
3.      Apa faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada anak?
4.      Bagaimana hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku?
5.      Bagaimana perbedaan individu dalam perkembangan emosi ?
6.      Apa contoh upaya pengembangan emosi dalam penyelenggaraan pendidikan?





1.3 Tujuan Makalah
1.      Menjelaskan pengertian emosi.
2.      Menjelaskan perkembangan dan karakteristik emosi pada anak SD.
3.      Menjelaskan faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada anak.
4.      Menjelaskan hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku.
5.      Menjelaskan perbedaan individu dalam perkembangan emosi.
6.      Menjelaskan upaya pengembangan emosi dalam penyelenggaraan
7.      Memberi contoh upaya pengembangan emosi remaja dalam penyelenggaraan pendidikan.














BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour".
Jadi, emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.

Menurut Hurlock (1990), individu yang dikatakan matang emosinya yaitu:

a.       Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.

b.      Pemahaman diri. Individu yang matang, belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat

c.       Menggunakan kemampuan kritis mental. Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
2.2 Perkembangan Dan Karakteristik Emosi Anak SD
Masa usia sekolah adalah babak terakhir bagi periode perkembangan dimana manusia masih digolongkan sebagai anak masa usia sekolah dikenal juga sebagai masa tengah dan akhir dari masa kanak-kanak, pada masa inilah anak paling siap untuk belajar. Mereka ingin menciptakan sesuatu, bahkan berusaha untuk dapat membuat sesuatu sebaik-baiknya, ingin sempurna dalam segala hal.
Pada masa ini anak menjalani sebagian besar dari kehidupannya di sekolah yaitu di Sekolah Dasar. pada masa ini dikatakan pula sebagai masa konsolidasi. Masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada sebelumnya dan sesudahnya.
Masa ini dapat dirinci lagi menjadi 2 fase,yaitu:
a.       Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10         tahun
b.      Masa kela-kelas tinggi sekolah dasar kira-kira umur 9 tahun 10 tahun sampai kira-kira umur 12 -13 tahun 

a.Karakteristik Anak pada Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar

1.      Beberapa sifat khas anak pada masa ini antara lain adalah:
2.      Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah
3.      Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional
4.      Ada kecenderungan menuju diri sendiri
5.      Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain ada kecenderungan meremehkan anak lain.
6.      kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu hal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
7.      Pada masa ini anak menghendaki nilai raport yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai atau tidak.


b. Karakteristik Anak pada Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah:

1.      Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret
2.      Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar
3.      Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus
4.      Sampai kira-kira umur II tahun anak dapat membutuhkan seorang guru / orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur II tahun pada umumnya anak menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri
5.      Pada masa ini anak memandang (nilai raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah
6.      Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama
7.      Mengembangkan kata hati, moralitas suatu skala nilai-nilai


2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960 :266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya system endoktrin. Kemetangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
      Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
      Perkembangan kelenjar endoktrin penting untuk mematangkan prilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi endoktrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stress. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun, pembesaran melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak baru lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi.
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain :
a.       Belajar dengan coba-coba
            Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
b.      Belajar dengan cara meniru
            Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah tehadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang popular di kalangan teman sebayanya mereka juga akan ikut marah pada guru tersebut.
c.       Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini anak hanya yang menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d.      Belajar melalui pengkondisian
            Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu manalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
e.       Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi.
            Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.

2.4 Hubungan Antara Emosi Dan Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial,anak dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang lain dibandingkan dengan teori yang diikuti dan diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini ( yang di akibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Disamping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran anak. Misalnya, cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan. Contoh yang lainnya, kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain dari pada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan”para anak dalam cara berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa anak- anak adalah banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul, karena dikiranya orang lain sepikiran. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain dimana anak itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan dan biasanya tergolong aktivitas yang membahayakan.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa anak- anak pengaruh egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga anak sudah  mulai dapat berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
2.5 Perbedaan Individu Dalam Perkembangan Emosi
Bersosialisasi dilakukan oleh setiap orang, baik secara individu maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek terdapat perbedaan individual manusia yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Erickson, maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia(anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beraneka ragam.
Anak yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.
2.6 Upaya Pengembangan Emosi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pekembangan emosi anak memberikan pengaruh pada perkembangan sosial anak atau sebaliknya.Misalnya, keterampilan bergaul dengan member perasaan bahagia.Pengalaman dan penerimaan positif selama melakukan aktivitas merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yan akan datang (meningkat dewasa).Oleh karena itu, anak seyogyanya diberikan pengalaman- penglaman yang positif dari orang- orang terdekat anak (seperti orang tua,ayah dan ibu, guru,saudara).
Kepada orang tua dan guru disekolah sangat dianjurkan selain memberikan bimbingan juga mengajarkan pada anak bagaimana cara bergaul dimasyarakat dengan tepat.Dalam hal ini orang tua dan guru dituntut untuk menjadi model yang baik bagi anak.Oleh karena itu,kebiasaan orang tua harus merupakan contoh tauladan yang selalu ditiru anak.


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.      Perkembangan emosi berbeda satu sama lain karena adaanya perbedaan jenis kelamin,usia,lingkungan,pergaulan,dan pendidikan orang tua maupun guru disekolah.
2.      Perkembangan emosi juga dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan,rasa takut dan faktor eksternal, seperti sikap orang tua yang terlalu keras ,suka meremehkan dan menghukum anak.
3.      Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behaviour".
4.      emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.

3.2 Saran
Adapun saran saya sebagai penulis yaitu sebagai berikut:
1.      Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis
2.      Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa itu Emosi dan bagaimana pengembangan emosi pada anak SD.





DAFTAR PUSTAKA

Situs Web

S, Rosliana .2013. Diktat Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED
Sunarto, H. 2008.Perkembangan Peserta Didik,Jakarta : Rineka Cipta
Agung Hartono,B.2008 . Perkembangan Peserta Didik , Jakarta : Rineka Cipta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar