BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan emosi anak di pengaruhi
oleh usia kronologis anak. Semakin bertambah usianya, emosi anak akan semakin
berkembang. Perkembangan emosi anak dengan bertambahnya usia, bukan hanya
mengenai ketepatan mengekspresikan emosi, tetapi juga adanya diferensiasi
perasaan emosi.
Emosi anak adalah pengalaman afektif
yang disertai penyesuaian dari dalam diri anak tentang keadaan mental dan fisik
yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Tidak sulit bagi
orang tua untuk mengenali berbagai reaksi emosi anak ini. Tapi, yang paling
penting adalah menyikapi emosi anak dengan tepat. Kita semua, tentunya, ingin
menumbuhkan kematangan si kecil dalam mengekspresikan berbagai emosinya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian emosi itu?
2.
Bagaimana perkembangan dan
karakteristik emosi pada anak SD ?
3. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi
perkembangan emosi pada anak?
4. Bagaimana hubungan antara emosi dan
tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku?
5. Bagaimana perbedaan individu dalam
perkembangan emosi ?
6. Apa contoh upaya pengembangan emosi
dalam penyelenggaraan pendidikan?
1.3
Tujuan Makalah
1. Menjelaskan pengertian emosi.
2. Menjelaskan perkembangan dan
karakteristik emosi pada anak SD.
3. Menjelaskan faktor- faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi pada anak.
4. Menjelaskan hubungan antara emosi
dan tingkah laku serta pengaruh emosi terhadap tingkah laku.
5. Menjelaskan perbedaan individu dalam
perkembangan emosi.
6. Menjelaskan upaya pengembangan emosi
dalam penyelenggaraan
7. Memberi contoh upaya pengembangan
emosi remaja dalam penyelenggaraan pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin,
yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel
Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat
tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.Emosi berkaitan dengan perubahan
fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting
dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam
arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari,1995)
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang pakar
kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary memaknai
emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Crow
& Crow (1958), emosi adalah "an emotion, is an affective experience
that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological
stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert
behaviour".
Jadi, emosi
adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
Menurut Hurlock (1990), individu
yang dikatakan matang emosinya yaitu:
a.
Dapat melakukan kontrol diri yang bisa
diterima secara sosial. Individu yang emosinya matang mampu mengontrol ekspresi
emosi yang tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi
fisik dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
b.
Pemahaman diri. Individu yang matang,
belajar memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkannya untuk memuaskan
kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat
c.
Menggunakan kemampuan kritis mental.
Individu yang matang berusaha menilai situasi secara kritis sebelum
meresponnya, kemudian memutuskan bagaimana cara bereaksi terhadap situasi
tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.
2.2 Perkembangan Dan Karakteristik
Emosi Anak SD
Masa usia sekolah adalah babak terakhir bagi periode
perkembangan dimana manusia masih digolongkan sebagai anak masa usia sekolah
dikenal juga sebagai masa tengah dan akhir dari masa kanak-kanak, pada masa
inilah anak paling siap untuk belajar. Mereka ingin menciptakan sesuatu, bahkan
berusaha untuk dapat membuat sesuatu sebaik-baiknya, ingin sempurna dalam
segala hal.
Pada masa ini anak menjalani sebagian besar dari
kehidupannya di sekolah yaitu di Sekolah Dasar. pada masa ini dikatakan pula
sebagai masa konsolidasi. Masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai
masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa keserasian sekolah ini
secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada sebelumnya dan sesudahnya.
Masa
ini dapat dirinci lagi menjadi 2 fase,yaitu:
a.
Masa
kelas-kelas rendah sekolah dasar kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9
atau 10 tahun
b. Masa kela-kelas tinggi sekolah dasar
kira-kira umur 9 tahun 10 tahun sampai kira-kira umur 12 -13 tahun
a.Karakteristik Anak pada Masa Kelas-Kelas Rendah
Sekolah Dasar
1.
Beberapa
sifat khas anak pada masa ini antara lain adalah:
2. Adanya korelasi positif yang tinggi
antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah
3. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan
permainan yang tradisional
4. Ada kecenderungan menuju diri
sendiri
5. Suka membanding-bandingkan dirinya
dengan anak lain ada kecenderungan meremehkan anak lain.
6. kalau tidak dapat menyelesaikan
sesuatu hal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
7. Pada masa ini anak menghendaki nilai
raport yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai
atau tidak.
b. Karakteristik Anak pada Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah
Dasar
Beberapa
sifat khas anak-anak pada masa ini adalah:
1. Adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang konkret
2. Amat realistis, ingin tahu, ingin
belajar
3. Menjelang akhir masa ini telah ada
minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus
4. Sampai kira-kira umur II tahun anak
dapat membutuhkan seorang guru / orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugasnya dan memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur II tahun pada
umumnya anak menghadapi tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya
sendiri
5. Pada masa ini anak memandang (nilai
raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah
6. Anak-anak pada masa ini gemar
membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama
7. Mengembangkan kata hati, moralitas
suatu skala nilai-nilai
2.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Emosi Anak
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar
(Hurlock, 1960 :266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan
tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari,
dengan berfungsinya system endoktrin. Kemetangan dan belajar terjalin erat satu
sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang
sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu
yang lebih lama, dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula
kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak
menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada
usia yang lebih muda.
Perkembangan kelenjar endoktrin penting untuk mematangkan prilaku emosional.
Bayi secara relatif kekurangan produksi endoktrin yang diperlukan untuk
menopang reaksi fisiologis terhadap stress. Kelenjar adrenalin yang memainkan
peran utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidak
lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat
sampai anak berusia 5 tahun, pembesaran melambat pada usia 5 sampai 11 tahun,
dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun
kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak baru lahir.
Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar
itu membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi.
Metode
belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain :
a.
Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku
yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak prilaku yang
memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara
belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan
sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama
sekali.
b.
Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak
bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang
diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah tehadap teguran guru.
Jika ia seorang anak yang popular di kalangan teman sebayanya mereka juga akan
ikut marah pada guru tersebut.
c.
Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah
oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi
orang yang ditiru. Disini anak hanya yang menirukan orang yang dikagumi dan
mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
d.
Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi
emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang
mampu manalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan
kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa
kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan
rasa suka dan tidak suka.
e.
Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek
reaksi.
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi
terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar
tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi
yang tidak menyenangkan.
2.4 Hubungan Antara Emosi Dan
Tingkah Laku Serta Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Dalam
perkembangan sosial,anak dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian
diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian
tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha
seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri,
hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima, karena
lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin
sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.
Pikiran anak
sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis
terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang
lain dibandingkan dengan teori yang diikuti dan diharapkan. Sikap kritis ini
juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya,
sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering
terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada
perilakunya.
Kemampuan
abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa
dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (
yang di akibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya dapat menimbulkan perasaan
tidak puas dan putus asa.
Disamping itu
pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran anak. Misalnya,
cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri
tanpa memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungan kesulitan praktis
yang mungkin menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan. Contoh yang
lainnya, kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat
orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang
lain dari pada tujuan perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri
sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan
sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan”para anak dalam cara berfikir
maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa anak- anak adalah
banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya
dalam bergaul, karena dikiranya orang lain sepikiran. Akibat dari hal ini akan
terlihat pada tingkah laku yang canggung.
Proses
penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain
dimana anak itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka
merasa dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan
menceburkan diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan
dan biasanya tergolong aktivitas yang membahayakan.
Melalui
banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan dalam menghadapi pendapat orang
lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa anak- anak pengaruh
egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga anak sudah mulai dapat berhubungan dengan orang lain
tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
2.5 Perbedaan Individu Dalam Perkembangan Emosi
Bersosialisasi
dilakukan oleh setiap orang, baik secara individu maupun berkelompok. Dilihat
dari berbagai aspek terdapat perbedaan individual manusia yang hal itu tampak
juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan
teori komprehensif tentang perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Erickson,
maka di dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah
yang berlainan satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa
manusia(anak) hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan
masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia namun sesuai dengan
minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang
kelompok-kelompok sosial yang beraneka ragam.
Anak yang
telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari
pola-pola sosial yang sesuai dengan kepribadiannya.
2.6 Upaya
Pengembangan Emosi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pekembangan
emosi anak memberikan pengaruh pada perkembangan sosial anak atau
sebaliknya.Misalnya, keterampilan bergaul dengan member perasaan
bahagia.Pengalaman dan penerimaan positif selama melakukan aktivitas merupakan
modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses
dan menyenangkan pada waktu yan akan datang (meningkat dewasa).Oleh karena itu,
anak seyogyanya diberikan pengalaman- penglaman yang positif dari orang- orang
terdekat anak (seperti orang tua,ayah dan ibu, guru,saudara).
Kepada orang
tua dan guru disekolah sangat dianjurkan selain memberikan bimbingan juga
mengajarkan pada anak bagaimana cara bergaul dimasyarakat dengan tepat.Dalam
hal ini orang tua dan guru dituntut untuk menjadi model yang baik bagi
anak.Oleh karena itu,kebiasaan orang tua harus merupakan contoh tauladan yang
selalu ditiru anak.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Perkembangan
emosi berbeda satu sama lain karena adaanya perbedaan jenis kelamin,usia,lingkungan,pergaulan,dan
pendidikan orang tua maupun guru disekolah.
2.
Perkembangan
emosi juga dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan,rasa takut dan faktor
eksternal, seperti sikap orang tua yang terlalu keras ,suka meremehkan dan
menghukum anak.
3.
Menurut Crow & Crow (1958), emosi
adalah "an emotion, is an affective experience that accompanies
generalized inner adjustment and mental and physiological stirredup states in
the individual, and that shows it self in his evert behaviour".
4.
emosi adalah warna afektif yang kuat dan
ditandai oleh perubahan-perubahan fisik.
3.2
Saran
Adapun
saran saya sebagai penulis yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan
pada pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis
2. Diharapkan
setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui apa itu Emosi dan
bagaimana pengembangan emosi pada anak SD.
DAFTAR
PUSTAKA
Situs
Web
S,
Rosliana .2013. Diktat Perkembangan Peserta Didik. Medan: UNIMED
Sunarto,
H. 2008.Perkembangan Peserta Didik,Jakarta : Rineka Cipta
Agung
Hartono,B.2008 . Perkembangan Peserta Didik , Jakarta : Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar